KERJASAMA INTERNASIONAL
APEC,
atau singkatan dari Asia Pacific Economic Coorporation atau kerjasama Ekonomi
Asia Pasifik adalah forum ekonomi 22 negara di Lingkar Pasifik yang bertujuan
untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi, mempererat komunitas dan mendorong
perdagangan bebas di seluruh kawasan Asia-Pasifik. Kerjasama Ekonomi APEC
adalah forum kerjasama ekonomi yang terbuka, informal, tidak mengikat dan tetap
berada dalam koridor disiplin WTO dan berbagai perjanjian internasional. APEC
didirikan pada tahun 1989 sebagai tanggapan terhadap pertumbuhan
interdependensi ekonomi negara-negara Asia-Pasifik dan lahirnya blok
perdagangan lain di bagian-bagian lain dunia.
Sejarah
APEC
Tanggal Januari 1989, Perdana Menteri Australia Bob Hawke mengusulkan untuk didirikannya kerjasama ekonomi yang lebih efektif untuk kawasan Asia-Pasifik. Hal ini berujung pada pertemuan pertama APEC di ibukota Australia, Canberra diketuai oleh Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans. Rapat ini dihadiri oleh Menteri dari 12 negara, dan berujung pada komitmen untuk mengadakan pertemuan tahunan untuk masa depan di Singapura dan Korea selatan.
Pada tahun 1989 dan 1992, para pejabat senior informal dan dialog tingkat menteri melakukan pertemuan. Kemudian pada tahun 1993 mantan Presiden Amerika Serikat William Clinton, mendirikan praktek Rapat tahunan Pemimpin Ekonomi APEC yang diadakan di Blake Island, Washington, Amerika Serikat. Isi dari rapat tersebut salah satunya untuk memberikan liberalisasi perdagangan dan kerjasama ekonomi lebih lanjut, memberikan dorongan dan komitmen tingkat tinggi, untuk mengembangkan semangat masyarakat, dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) APEC pada tahun 1993 di Seattle, Amerika Serikat ditetapkan Visi dari APEC, yaitu “Mewujudkan komunitas ekonomi Asia-Pasifik yang berdasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerjasama untuk menghadapi tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas, pertumbuhan yang berkesinambungan memperhatikan aspek-aspek lingkungan”.
Pada tahun 1994 dalam deklarasi APEC menetapkan “Bogor Goals”, guna mewujudkan visi kerjasama tersebut. Dengan melakukan perdagangan bebas, terbuka dan investasi di Asia-Pasifik pada tahun 2010 untuk ekonomi negara maju dan 2020 untuk negara berkembang di Bogor, Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan cara antara lain:
1. Menciptakan sistem perdagangan yang bebas, terbuka dan adil dikawasan Asia-Pasifik tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju dan berkembang.
2. Memimpin dalam memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka, meningkatkan liberalisasi perdagangan dan jasa, mengintensifkan kerjasama ekonomi di Asia-Pasifik.
3. Mempercepat proses liberalisasi melalui penurunan hambatan perdagangan dan investasi yang lebih jauh, meningkatkan arus barang, jasa, modal secara bebas dan konsisten dengan GATT.
Dalam perkembangannya, APEC memiliki peran yang cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 milyar jiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili 45% nilai perdagangan dunia (1996). Sebuah pasar yang potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4.1% berarti relative lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000. Serangkaian upaya penguatan forum APEC demi meningkatkan standar ekonomi di kawasan Asia-Pasifik terus dilakukan. Dengan telah disahkannya kesepakatan-kesepakatan yang signifikan antara lain Visi APEC, Bogor Goals, Osaka Actians Agenda (OAA) yang memberikan arahan atau pedoman kerja APEC dan pada tahun 1996 meluncurkan fase implementasi dari pada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans APEC). Sedangkan tindakan kongkrit adalah RAK (Rencana Aksi Kolektif) maupun RAI (Rencana Aksi Individu) oleh seluruh anggotanya, sehingga dalam mewujudkan pasar yang bebas dan terbuka tahun 2010/2020 benar-benar tercapai. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi dalam forum APEC, keanggotaannya pun mengalami pertambahan, dari awal berdirinya yang dianggotai oleh 12 negara dan sampai sekarang bertambah menjadi 12 Anggota APEC.
Tanggal Januari 1989, Perdana Menteri Australia Bob Hawke mengusulkan untuk didirikannya kerjasama ekonomi yang lebih efektif untuk kawasan Asia-Pasifik. Hal ini berujung pada pertemuan pertama APEC di ibukota Australia, Canberra diketuai oleh Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans. Rapat ini dihadiri oleh Menteri dari 12 negara, dan berujung pada komitmen untuk mengadakan pertemuan tahunan untuk masa depan di Singapura dan Korea selatan.
Pada tahun 1989 dan 1992, para pejabat senior informal dan dialog tingkat menteri melakukan pertemuan. Kemudian pada tahun 1993 mantan Presiden Amerika Serikat William Clinton, mendirikan praktek Rapat tahunan Pemimpin Ekonomi APEC yang diadakan di Blake Island, Washington, Amerika Serikat. Isi dari rapat tersebut salah satunya untuk memberikan liberalisasi perdagangan dan kerjasama ekonomi lebih lanjut, memberikan dorongan dan komitmen tingkat tinggi, untuk mengembangkan semangat masyarakat, dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) APEC pada tahun 1993 di Seattle, Amerika Serikat ditetapkan Visi dari APEC, yaitu “Mewujudkan komunitas ekonomi Asia-Pasifik yang berdasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerjasama untuk menghadapi tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas, pertumbuhan yang berkesinambungan memperhatikan aspek-aspek lingkungan”.
Pada tahun 1994 dalam deklarasi APEC menetapkan “Bogor Goals”, guna mewujudkan visi kerjasama tersebut. Dengan melakukan perdagangan bebas, terbuka dan investasi di Asia-Pasifik pada tahun 2010 untuk ekonomi negara maju dan 2020 untuk negara berkembang di Bogor, Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan cara antara lain:
1. Menciptakan sistem perdagangan yang bebas, terbuka dan adil dikawasan Asia-Pasifik tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju dan berkembang.
2. Memimpin dalam memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka, meningkatkan liberalisasi perdagangan dan jasa, mengintensifkan kerjasama ekonomi di Asia-Pasifik.
3. Mempercepat proses liberalisasi melalui penurunan hambatan perdagangan dan investasi yang lebih jauh, meningkatkan arus barang, jasa, modal secara bebas dan konsisten dengan GATT.
Dalam perkembangannya, APEC memiliki peran yang cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 milyar jiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili 45% nilai perdagangan dunia (1996). Sebuah pasar yang potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun 2000 sebesar 4.1% berarti relative lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000. Serangkaian upaya penguatan forum APEC demi meningkatkan standar ekonomi di kawasan Asia-Pasifik terus dilakukan. Dengan telah disahkannya kesepakatan-kesepakatan yang signifikan antara lain Visi APEC, Bogor Goals, Osaka Actians Agenda (OAA) yang memberikan arahan atau pedoman kerja APEC dan pada tahun 1996 meluncurkan fase implementasi dari pada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans APEC). Sedangkan tindakan kongkrit adalah RAK (Rencana Aksi Kolektif) maupun RAI (Rencana Aksi Individu) oleh seluruh anggotanya, sehingga dalam mewujudkan pasar yang bebas dan terbuka tahun 2010/2020 benar-benar tercapai. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ekonomi dalam forum APEC, keanggotaannya pun mengalami pertambahan, dari awal berdirinya yang dianggotai oleh 12 negara dan sampai sekarang bertambah menjadi 12 Anggota APEC.
Peran serta
Indonesia dalam APEC
Pada tahun 1989 Indonesia membantu terbentuknya APEC. Indonesia menikmati hasil nyata dari forum kerjasama ekonomi tersebut. Negara Anggota APEC merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Jumlah impor Indonesia sebesar 63.6% dari total impor Indonesia. Jumlah ekspor mencapai 61% dari jumlah ekspor Indonesia. Selain itu, 50% sumber investasi asing langsung berasal dari kerja sama Indonesia dengan negara Anggota APEC.
Negara tempat penyelenggaraan pertemuan APEC menjadi ketua APEC. Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin APEC pada tanggal 5 November 1994 di Bogor. Pada saat yang sama Indonesia menjadi ketua Gerakan Non-Blok. Hal ini membuktikan Indonesia berperan penting dalam organisasi-organisasi regional dan Internasional. Peran Indonesia dalam APEC antara lain:
Ikut mewujudkan ketertiban dunia melalui forum konsultasi APEC yang jujur, adil dan bebas.
Saling membantu tanpa membedakan tingkat kemajuan bangsa.
Keanggotaan APEC
Pada Awal didirikannya APEC (Asia Pasific Economic Coorporation) tahun 1989 diikuti oleh 12 Negara, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filiphina, Singapura, Thailand dan Amerika serikat. Kebanyakan adalah negara yang berada di garis pantai Samudra Pasifik. Meskipun begitu, kriteria keanggotaan yaitu setiap anggota adalah lebih kepada ekonomi terpisah, dibandingkan dengan negara terpisah. Sebagai hasilnya, dalam menyebut anggotanya, APEC (Asia Pasific Economic Coorporation) menggunakan istilah Ekonomi Anggota, bukan Negara Anggota. Berikut adalah 22 negara yang telah bergabung kedalam Komunitas Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia Pasific Economic Coorporation(APEC):
Pada tahun 1989 Indonesia membantu terbentuknya APEC. Indonesia menikmati hasil nyata dari forum kerjasama ekonomi tersebut. Negara Anggota APEC merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Jumlah impor Indonesia sebesar 63.6% dari total impor Indonesia. Jumlah ekspor mencapai 61% dari jumlah ekspor Indonesia. Selain itu, 50% sumber investasi asing langsung berasal dari kerja sama Indonesia dengan negara Anggota APEC.
Negara tempat penyelenggaraan pertemuan APEC menjadi ketua APEC. Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin APEC pada tanggal 5 November 1994 di Bogor. Pada saat yang sama Indonesia menjadi ketua Gerakan Non-Blok. Hal ini membuktikan Indonesia berperan penting dalam organisasi-organisasi regional dan Internasional. Peran Indonesia dalam APEC antara lain:
Ikut mewujudkan ketertiban dunia melalui forum konsultasi APEC yang jujur, adil dan bebas.
Saling membantu tanpa membedakan tingkat kemajuan bangsa.
Keanggotaan APEC
Pada Awal didirikannya APEC (Asia Pasific Economic Coorporation) tahun 1989 diikuti oleh 12 Negara, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filiphina, Singapura, Thailand dan Amerika serikat. Kebanyakan adalah negara yang berada di garis pantai Samudra Pasifik. Meskipun begitu, kriteria keanggotaan yaitu setiap anggota adalah lebih kepada ekonomi terpisah, dibandingkan dengan negara terpisah. Sebagai hasilnya, dalam menyebut anggotanya, APEC (Asia Pasific Economic Coorporation) menggunakan istilah Ekonomi Anggota, bukan Negara Anggota. Berikut adalah 22 negara yang telah bergabung kedalam Komunitas Ekonomi Asia-Pasifik atau Asia Pasific Economic Coorporation(APEC):
NO.
|
NAMA
ANGGOTA
|
TAHUN
DITERIMA
|
1
|
AUSTRALIA
|
1989
|
2
|
BRUNEI DARUSSALAM
|
1989
|
3
|
KANADA
|
1989
|
4
|
INDONESIA
|
1989
|
5
|
JEPANG
|
1989
|
6
|
KOREA SELATAN
|
1989
|
7
|
MALAYSIA
|
1989
|
8
|
SELANDIA BARU
|
1989
|
9
|
FILIPHINA
|
1989
|
10
|
SINGAPURA
|
1989
|
11
|
THAILAND
|
1989
|
12
|
AMERIKA SERIKAT
|
1989
|
13
|
REPUBLIK TIONGKOK
|
1991
|
14
|
HONG KONG
|
1991
|
15
|
RRC
|
1991
|
16
|
MEKSIKO
|
1993
|
17
|
PAPUA NEW GUINEA
|
1993
|
18
|
CHILI
|
1994
|
19
|
PERU
|
1998
|
20
|
RUSSIA
|
1998
|
21
|
VIETNAM
|
1998
|
22
|
MONGOLIA
|
2013
|
Bergabungnya
Indonesia dengan Asia Pasific Economic Coorporation (APEC) merupakan salah satu
langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia dikala itu untuk menyelesaikan
permasalahan ekonomi nasional dan untuk meningkatkan daya saing Ekonomi global.
Banyak sekali manfaat yang di dapatkan oleh Indonesia dengan bergabung dalam
Asia Pasific Economic Coorporation (APEC), yaitu meningkatkan Infrastruktur di
wilayah ASEAN untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan
integritas. Berdasarkan perhitungan Asian Development Bank Asia membutuhkan 8
triliun Dollar Amerika Serikat untuk pembangunan infrastruktur tahun 2020.
Untuk kepentingan dalam negeri, APEC memiliki manfaat bagi Indonesia dalam segi pembangunan infrastruktur dan Investasi. Dengan melihat wilayah geografis Indonesia yang menguntungkan, maka hal tersebut dapat menarik minat para investor luar negeri. Meningkatnya kerjasama perekonomian di Indonesia dapat meningkatkan perekonomian dalam negeri. Dengan sistem pasar terbuka atau bebas serta liberalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena jika tidak ada kerjasama dengan negara lain, maka pertumbuhan perekonomian nasioanal akan terhambat dan sedikit investor yang akan masuk ke Indonesia. Tentu hal ini harus terus mendapatkan dukungan dari semua pihak, pemerintah sudah berupaya sedemikian rupa dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dalam bidang ekonomi (khususnya), maka masyarakatpun juga harus berusaha untuk membantu pembangunan dalam negeri, baik dalam hal ekonomi maupun infrastruktur lainnya.
Untuk kepentingan dalam negeri, APEC memiliki manfaat bagi Indonesia dalam segi pembangunan infrastruktur dan Investasi. Dengan melihat wilayah geografis Indonesia yang menguntungkan, maka hal tersebut dapat menarik minat para investor luar negeri. Meningkatnya kerjasama perekonomian di Indonesia dapat meningkatkan perekonomian dalam negeri. Dengan sistem pasar terbuka atau bebas serta liberalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena jika tidak ada kerjasama dengan negara lain, maka pertumbuhan perekonomian nasioanal akan terhambat dan sedikit investor yang akan masuk ke Indonesia. Tentu hal ini harus terus mendapatkan dukungan dari semua pihak, pemerintah sudah berupaya sedemikian rupa dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dalam bidang ekonomi (khususnya), maka masyarakatpun juga harus berusaha untuk membantu pembangunan dalam negeri, baik dalam hal ekonomi maupun infrastruktur lainnya.
INDONESIA DENGAN ADB (
Asian Development Bank )
Bank Pembangunan Asia
(ADB) adalah Bank Pembangunan Daerah didirikan pada tanggal 22 Agustus 1966 untuk
memfasilitasi perkembangan ekonomi negara di Asia. Bank mengakui
anggota PBB
Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP,
sebelumnya dikenal sebagai Komisi Ekonomi PBB untuk Asia dan Timur Jauh) dan
non-regional negara-negara maju . Dari 31 anggota pada
pendiriannya, ADB kini memiliki 67 anggota - yang 48 berasal dari di Asia dan
Pasifik dan 19 luar. ADB dimodelkan erat pada Bank
Dunia ,
dan memiliki sistem suara tertimbang serupa di mana suara didistribusikan
secara proporsional dengan modal langganan's anggota. Saat ini, baik Amerika
Serikat dan Jepang memiliki 552.210
saham, proporsi terbesar 12,756% saham di masing-masing.
ORGANISASI
Badan tertinggi yang
membuat kebijakan bank adalah Dewan Gubernur terdiri dari satu
wakil dari setiap negara anggota. Dewan Gubernur, pada gilirannya, memilih
di antara mereka sendiri dari 12 anggota Dewan Direksi dan
wakil mereka. Delapan dari 12 anggota yang berasal dari regional
(Asia-Pasifik) orang anggota, sedangkan yang lain berasal dari anggota
non-regional.
Dewan Gubernur juga
memilih bank Presiden yang adalah ketua Dewan Direksi dan
mengelola ADB. Presiden memiliki jabatan berlangsung lima tahun, dan dapat
dipilih kembali. Secara tradisional, dan karena Jepang merupakan salah
satu pemegang saham terbesar bank, Presiden selalu Jepang. Presiden saat
ini adalah Haruhiko Kuroda, yang menggantikan Tadao
Chino pada
tahun 2005.
Kantor pusat bank
berada pada 6 ADB Avenue, Mandaluyong City , Metro
Manila , Filipina , dan memiliki
kantor perwakilan di seluruh dunia.Bank ini mempekerjakan sekitar 2.400 orang,
yang berasal dari 55 dari 67 negara anggotanya, dan dengan lebih dari separuh
dari staf yangFilipina .
SEJARAH
1962-1972
ADB pada awalnya
dipahami oleh beberapa orang Jepang berpengaruh yang merumuskan "rencana
pribadi" untuk sebuah bank pembangunan daerah pada tahun 1962, yang
kemudian disahkan oleh pemerintah. Jepang merasa bahwa bunga di Asia tidak
dilayani oleh Bank Dunia dan ingin mendirikan sebuah bank di mana Jepang secara
institusional diuntungkan. Setelah ADB didirikan pada tahun 1966, Jepang
mengambil posisi terkemuka di bank, tetapi menerima presiden dan beberapa
"posisi cadangan" lainnya penting seperti direktur departemen
administrasi.Pada akhir 1972, Jepang memberikan kontribusi $ 173.700.000 (22,6%
dari total) terhadap sumber daya modal biasa dan $ 122.600.000 (59,6% dari
total) untuk dana khusus. Sebaliknya, Amerika Serikat menyumbang hanya $
1.25 juta untuk dana khusus.
ADB melayani
kepentingan ekonomi di Jepang karena sebagian besar pinjamannya pergi ke Indonesia , Thailand , Malaysia , Korea
Selatandan Filipina , negara-negara
dengan mana Jepang memiliki hubungan perdagangan yang penting; bangsa ini
menyumbang 78,48% dari total pinjaman ADB 1967-1972. Selain itu, Jepang
menerima manfaat nyata, 41,67% dari total pengadaan 1967-1976. Jepang
terikat kontribusi dana khusus untuk sektor disukai dan daerah dan pengadaan
barang dan jasa, sebagaimana tercermin dalam sumbangan yang $ 100 juta untuk
Dana Khusus Pertanian pada bulan April 1968.
Takeshi Watanabe menjabat sebagai
presiden pertama ADB 1966-1972.
1972-1986
saham Jepang
kontribusi kumulatif meningkat dari 30,4 persen pada tahun 1972-35,5 persen
pada 1981 dan 41,9 persen pada tahun 1986. Selain itu, Jepang adalah
sumber penting dari pinjaman ADB, 29,4 persen (dari $ 6,729.1 juta) pada
1973-1986, dibandingkan dengan 45,1 persen dari Eropa dan 12,9 persen dari
Amerika Serikat. presiden Jepang Inoue Shiro (1972-1976) dan Yoshida
Taroichi (1976-1981) mengambil sorotan. Masao Fujioka, presiden keempat
(1981-1990), mengadopsi gaya kepemimpinan yang tegas. Ia mengumumkan
rencana ambisius untuk memperluas ADB menjadi agen pembangunan yang berdampak
tinggi. rencana-Nya dan filsafat perbankan menyebabkan meningkatnya
gesekan dengan direktur AS, dengan kritik terbuka dari Amerika pada pertemuan
tahunan 1985.
Selama periode ini ada
dasi kelembagaan yang kuat paralel antara ADB dan Departemen Keuangan Jepang,
khususnya Biro Keuangan Internasional (IFB).
Sejak 1986
berbagi Its kontribusi
kumulatif meningkat dari 41,9 persen pada 1986-50,0 persen pada tahun
1993. Selain itu, Jepang telah menjadi pemberi pinjaman penting untuk ADB,
30,4 persen dari total di 1987-1993, dibandingkan dengan 39,8 persen dari Eropa
dan 11,7 persen dari Amerika Serikat. Namun berbeda dengan periode
sebelumnya, Jepang telah menjadi lebih tegas sejak pertengahan tahun
1980-an. rencana Jepang adalah untuk menggunakan ADB sebagai wadah bagi
daur ulang surplus modal yang besar dan "katalis" untuk menarik modal
swasta Jepang ke wilayah tersebut. Setelah 1985 Plaza
Accord ,
produsen Jepang didorong oleh yen tinggi untuk pindah ke Asia
Tenggara. ADB memainkan peran dalam menyalurkan modal swasta Jepang untuk
Asia dengan meningkatkan infrastruktur setempat. ADB juga
berkomitmen untuk meningkatkan kredit untuk isu-isu sosial seperti pendidikan,
kesehatan dan penduduk, pembangunan perkotaan dan lingkungan, sampai 40 persen
dari total pinjaman dari sekitar 30 persen pada saat itu.
Proyek Terkenal dan
Bantuan Teknis
§ Afghanistan
Diaspora Proyek
§
Pendanaan Utah
State University menyebabkan proyek-proyek untuk membawa keterampilan
tenaga kerja di Thailand [ rujukan? ]
§ Gempa dan
Tsunami Proyek Dukungan Darurat di Indonesia
§ ROC Ping
Offshore Hu Minyak dan Gas Bumi Pengembangan
§ Kemitraan
Strategis Sektor Swasta untuk Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Filipina
§ Gas
Trans-Afganistan Pipeline Penilaian
Kelayakan
§ Pinjaman
sebesar $ 1,2 milyar untuk jaminan keluar dari krisis ekonomi yang akan datang
di Pakistan dan pergi
pendanaan bagi negara-negara berkembang kebutuhan energi, khususnya
proyek-proyek Hydro-power
§ Mikro
membiayai dukungan bagi perusahaan-perusahaan swasta, dalam hubungannya dengan
pemerintah, termasuk Pakistan dan India .
§ The Yichang-Wanzhou Kereta Api proyek di daerah
pegunungan barat Hubei Provinsi dan
utara-timur Chongqing Kota,
Cina. (A $ 500.000 pinjaman AS, yang disetujui pada tahun 2003.)
KRITIK
Sejak's dini hari ADB,
kritikus telah menuduh bahwa dua donor utama, Jepang dan Amerika
Serikat ,
memiliki dampak luas terhadap pinjaman, kebijakan dan keputusan kepegawaian.
Oxfam Australia telah
mengkritik Bank Pembangunan Asia ketidakpekaan kepada masyarakat
lokal. "Operasi di a dan internasional tingkat global, bank-bank
tersebut dapat merusak hak asasi manusia itu orang melalui proyek-proyek yang
memiliki hasil merugikan untuk dan memarjinalkan masyarakat miskin."
Bank juga menerima kritik dari Program Lingkungan PBB , menyatakan
dalam laporannya bahwa " banyak pertumbuhan telah dilewati lebih dari 70
persen penduduk pedesaan, banyak di antaranya yang langsung tergantung pada
sumber daya alam untuk mata pencaharian dan pendapatan ".
Ada kritik bahwa
proyek-proyek ADB skala besar menyebabkan kerusakan sosial dan lingkungan
karena kurangnya pengawasan. Salah satu proyek kontroversial terkait
ADB-paling Thailand 's Mae Moh menembakkan
listrik stasiun-batubara . Lingkungan dan aktivis hak asasi manusia mengatakan
lingkungan pengamanan kebijakan ADB serta kebijakan untuk masyarakat
adat dan pemindahan paksa , sementara
biasanya sampai standar internasional di atas kertas, sering diabaikan dalam
praktek, terlalu jelas atau lemah untuk menjadi efektif, atau hanya tidak
diberlakukan oleh pejabat bank.
Bank telah dikritik
atas perannya dan relevansi dalam krisis pangan . ADB telah dituduh oleh masyarakat
sipil mengabaikan peringatan menjelang krisis dan juga berkontribusi untuk itu
dengan kondisi pinjaman yang mendorong banyak yang mengatakan tidak adil
tekanan pemerintah untuk deregulasi dan swastanisasi pertanian , yang mengarah ke masalah-masalah seperti
kekurangan pasokan beras di Asia
Tenggara .
Bank juga telah
dikritik oleh Perang
Vietnam veteran untuk pendanaan proyek-proyek di Laos,
karena Amerika
Serikat 15%
saham 'di bank, ditanggung oleh pajak. Laos
menjadi komunis negara setelah AS menarik diri dari Vietnam, dan Perang
Saudara Laos dimenangkan oleh Pathet
Lao , yang secara
luas dipahami telah didukung oleh Angkatan Darat Vietnam Utara .
Pada tahun 2009, bank
mengesahkan strategi pendanaan 2,9 miliar $ untuk proyek-proyek yang diusulkan
di India . Proyek-proyek
dalam strategi ini hanya indikatif dan masih perlu lebih lanjut disetujui oleh
dewan bank direksi, namun, RRC Jurubicara Kementerian Luar Negeri Qin Gang
menyatakan, "Bank Pembangunan Asia, terlepas dari keprihatinan utama dari
Cina, menyetujui Country India Strategi Kemitraan yang melibatkan sengketa teritorial
antara China dan India menyatakan. Cina ketidakpuasan yang kuat selama ini ....
bank bergerak tidak hanya serius tarnishes namanya sendiri, tetapi juga merusak
kepentingan anggotanya.
ANGGOTA:
ADB mempunyai 67
anggota (per 2 Februari 2007). Nama adalah sebagai diakui oleh ADB.
Tahun setelah nama anggota menunjukkan tahun keanggotaan. Pemegang saham terbesar ADB adalah Jepang dan Amerika Serikat, masing-masing% 15,57 memegang saham. Pada saat itu negara berhenti menjadi anggota, Bank akan mengatur pembelian kembali itu negara saham tersebut oleh Bank sebagai bagian dari penyelesaian piutang dengan negara tersebut sesuai dengan ketentuan ayat 3 dan 4 Pasal ini.
Tahun setelah nama anggota menunjukkan tahun keanggotaan. Pemegang saham terbesar ADB adalah Jepang dan Amerika Serikat, masing-masing% 15,57 memegang saham. Pada saat itu negara berhenti menjadi anggota, Bank akan mengatur pembelian kembali itu negara saham tersebut oleh Bank sebagai bagian dari penyelesaian piutang dengan negara tersebut sesuai dengan ketentuan ayat 3 dan 4 Pasal ini.
Republik China (Taiwan) awalnya bergabung
sebagai "Cina" sebagai anggota pendiri yang mewakili seluruh
Cina. Namun, saham modal Bank didasarkan pada ukuran modal Taiwan, tidak
seperti Bank Dunia dan IMF di mana pemerintah di Taiwan telah memiliki saham
yang mewakili seluruh China sebelum Republik Rakyat Cina bergabung dan
mengambil Republik China kursi. Pada tahun 1986, sebuah kompromi dilakukan
ketika Republik Rakyat Cina bergabung dengan lembaga tersebut. ROC
diizinkan untuk mempertahankan keanggotaannya, tetapi dengan nama Taipei, Cina
- nama itu protes. Uniknya, hal ini memungkinkan kedua sisi Selat Taiwan
untuk diwakili di institusi tersebut.
Oleh M. Stipan Bhakti Ardiyono
Bersama: Nur Habib Fauzi, Pitahono,
Prisilia Dian Anggraini dan Pupuh Maharani dalam diskusi Kelompok 2 (HPI).
Nilai 80
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut